Jumat, 05 Juli 2019

Si Pintar dan Si Cerdas [Bukan untuk Referensi]

Sebelum kita ngomongin si Pintar dan si Cerdas lebih jauh, alangkah baiknya kita mengetahui pengertiannya terlebih dahulu.

Pintar artinya mengetahui. Yang mana untuk mengetahui, dia memerlukan proses dan waktu. Setelah beberapa waktu seseorang belajar suatu ilmu, maka dia akan mengetahui ilmu tersebut. Tetapi orang pintar hanya bisa menjawab soal yang sudah dia pelajari. Selain itu, dia masih membutuhkan waktu untuk mengetahuinya. Jadi, pintar adalah hasil dari usaha.

Berbeda dengan kecerdasan yang berarti ketajaman dan atau kecepatan berpikir, yang mana ia adalah anugerah dari tuhan. Orang cerdas dominan menggunakan akalnya. Dia bisa menjawab pertanyaan yang belum pernah dia pelajari, karena dia mengetahui dengan kekuatan berpikirnya. Dia akan terlihat lebih santai, karena dia tau kapan saatnya dia butuh ngegas, kapan dia nyelow.

Tetapi untuk mempertahankan ketajaman berpikir, otak juga perlu diasah. Jika tidak, maka kelebihannya akan tumpul dan dikalahkan oleh si Pintar yang rajin.

Saya menganalogikannya dengan lomba lari. Orang pintar cenderung mempunyai kesempatan menang saat perlombaan lari jarak jauh atau maraton. Tetapi orang cerdas sebaliknya, dia cenderung memiliki peluang besar saat lomba lari jarak pendek.

Karena lari jarak pendek memiliki sedikit kesempatan untuk berusaha, jadi orang yang diberi anugerah untuk berlari cepat (baca : cerdas), dia akan sangat gampang memenangi perlombaan.

Kemudian untuk lari jarak jauh atau marathon, ia lebih banyak kesempatan untuk berusaha. Dalam hal ini si Pintar pun bisa turut andil dalam berusaha. Apalagi ketika si Cerdas tidak menajamkann kemampuannya, banyak lalainya, tidak fokus, dan lain sebagainya, maka ia akan dengan gampangnya dilindas oleh si Pintar yang rajin dan semangat dalam berusaha.

Dengan ini kita tahu, semua orang di dunia ini berpotensi menjadi pemenang (baca : sukses) dengan caranya masing- masing. So, ga usah minder ketemu sama orang cerdas, kalo kamu bukan bagian darinya. Toh masih sama-sama ngirup oksigen, ya kan? 😁

Pesan saya, jangan patah semangat dengan apapun yang sudah dianugerahkan oleh tuhan. Karena tuhan pasti  selalu memberi apa yang kita butuhkan, bukan inginkan. Barangkali dengan tanpa kecerdasan, kita malah lebih bersemangat dalam berusaha. Dan bisa jadi dengan kecerdasan, kita malah tambah lalai dengan kewajiban yang seharusnya dilakukan. Ingat, Gaes, apapun yang tuhan berikan, semuanya harus dipertanggungjawabkan. Jika kamu dianugerahi kecerdasan, apa yang sudah kamu lakukan dengannya?.

FYI, artikel ini saya tulis bukan berdasarkan penelitian lapangan, melainkan berdasarkan pengamatan dua mata saya saja. Karema sudah beberapa hari terngiang-ngiang di kepala saya. Barangkali ada sesuatu yang bisa ditambahkan atau dikurangi atau didiskusikan, silakan tulis di kolom komentar.

Terimakasih.

Selasa, 26 Juni 2018

Salam buat yang baca tulisan ini. Buat yang lagi banyak hagah atau urusan aku kira nggak perlu baca ini. karena apa? karena di dalamnya tidak memuat info-info penting, tapi tidak bagi dia yang menganggapku penting., eeaaa, karena menurutnya everything i do is penting. Ih apaan coba? muqoddimah gaje.

Yaudah sih.. santai aja napa...? intinya di sini tuh aku mau numpahin unek-unekku di dunia baca tulis yang sebenernya aku minati, tapi  nggak pernah ada eksyen buat mengembangkan potensi. Jadi potensiku ya gini-gini aja.. masih kaya anak SD. Maka dari itu saya mohon maklum kepada pemirsa semuanya.

Semoga dengan diterbitkannya tulisan ini, akan ada tulisan-tulisan lain yang tentunya lebih berbobot untuk diposting di blog kesayangan anda ini. Amin. Selamat melanjutkan aktifitas anda.